Ternak Lele Favorit Peluang Usaha di Rumah




Lihatlah di beberapa rumah di sebuah desa yang minat wirausahanya cukup tinggi. Bisa kita lihat berjejer sederatan terpal warna biru serta empang-empang kecil yang berada di dekat permukiman warga, ya itulah bentuk dari wirausaha mandiri skala rumahan dari menternakkan ikan lele konsumsi. Ternak lele kini menjadi primadona lantaran kebutuhan pasar juga cukup tinggi akan ikan jenis konsumsi yang satu ini.

Bisa manfaatkan pekarangan

Kebanyakan rumah di kampung-kampung atau di wilayah pedesaan biasanya memiliki pekarangan yang cukup luas. Meski hanya memiliki lahan seluas lima kali lima meter namun peluang usaha di rumah ternak lele pun bisa dilakukan di lahan sempit tersebut.
Dan pekarangan yang sebelunmya tak memiliki fungsi berarti, kini mempuanyai nilai ekonomis yang cukup tinggi dengan adanya kolam lele. Namun meski seseorang tak memiliki cukup pekarangan di dekat rumah, alernatif seperti menyewa lahan orang di dekat rumah bisa menjadi solusi cerdas untuk tetap bisa berwiausaha.

Kolam terpal banyak dipilih

Kini beternak lele dalam media kolam terpal semakin menjadi primadona di kalangan petani ikan baik skala kecil-kecilan seperti usaha rumahan maupun dalam skala industri besar. Sebagai peluang usaha
ternak ikan lele, media kolam terpal tentu menjadi leih efektif dibanding harus menggali tanah.
Karena dengan media kolam terpal yang notabene adalah non permanen, maka sewaktu-waktu bisa dibongkar bila ada suatu hal yang mendesak. Dengan beternak ikan lele dalam media kolam terpal pula, seseorang bisa lebih mudah dalam melakukan pergantian ari kolam.
Dengan membuat tiang-tiang penyangga pada kolam terpal yang lebih kuat dari kayu maupun bambu, maka kolam terpal yang terisi ribuan liter air pun manjadi lebih aman.

Jumlah bibit bisa sesuaikan modal

Untuk membidik pelauang usaha di rumah dengan membuat ternak lele dalam media kolam terpal ini tentunya tak harus dalam jumlah bibit ikan yang banyak. Untuk ternak skala rumahan bisa menyesuaikan dengan modal yang dimiliki dan tak haru memaksakan diri dengan jumlah bibit yang sangat banyak.
Sebagai langkah awal atau tahap percobaan awal tentunya banyak yang harus diperhatikan mulai dari perhitungan modal yang dikeluarkan hingga hasil yang dicapai saat panen. Dan yang terpenting lagi mampu mengalisa dengan tepat mengenai target jumlah ikan yang bisa dipanen dan melakukan koreksi untuk tahap penanaman benih selanjutnya.
Jumlah ikan saat dimasukkan kolam dengan tingkat angka kematian pun menjadi tolok ukur kemampuan seseorang dalam beternak ikan lele.

Mudah dalam memasarkan

Ikan lele merupakan komoditas ikan konsumsi yang cukup diminati. Mulai dari kebutuhan untuk konsumsi rumahan hingga sebagai menu makanan di restoran, ikan lele seolah mudah untuk ditemukan. Dan dari kondisi tersebut tentunya akan sangat bermanafaat bila turut berpartisipasi dalam memenuhi kebutuhan ikan konsumsi baik skala lokal maupun regional.

pengiriman benih lele ke waingapu sumba timur

pengiriman benih ikan lele gurami dan patin ke waingapu sumba timur. jln. MT.haryono wara kamalaputi kota waingapu dan ibu desy jln. S.parman tandairotu. namun pengiriman hanya sampai di airport waingapu.

bagi anda masyarakat waingapu sumba timur yang membutuhkan benih ikan lele,gurame,patin,bawal,nila,koan,karper atau ikan mas dalam jumlah sedikit bisa datang ke alamat tersebut atau dapat menghubungi kami via telepon/sms di 081328030055.









pengiriman benih lele ke tambolaka sumba barat

pengiriman benih ikan lele dari jogja jawa tengah tujuan tambolaka sumba barat.

, kec.loura namun pengiriman hanya sampai di airport tambolaka.

bagi anda masyarakat tambolaka sumba barat yang membutuhkan benih ikan lele,gurame,patin,bawal,nila,koan,karper atau ikan mas dalam jumlah sedikit bisa datang ke alamat tersebut atau dapat menghubungi kami forum penjualan benih ikan jogjakarta via telepon/sms di 081328030055.










pengiriman benih ikan lele ke palu

pengiriman benih ikan lele bawal gurami dan patin dari jogja jawa tengah tujuan palu

 jln anoa.palu.

namun pengiriman hanya sampai di airport mutiara palu.

bagi anda masyarakat palu yang membutuhkan benih ikan lele,gurame,patin,bawal,nila,koan,karper atau ikan mas dalam jumlah sedikit bisa datang ke alamat tersebut atau dapat menghubungi kami  forum penjualan benih ikan di jogjakarta via telepon/sms di 081328030055.









budidaya ikan lele organik


Tak hanya sayur saja yang organik, bebas zat kimia. Kini budidaya ikan juga ada yang organik. Kelompok Perikanan Mina Rukun di Desa Gelaran II, Bejiharjo, Kecamatan Karangmojo, Kabupaten Gunungkidul mengelola ikan secara organik tanpa menggunakan bahan kimia.

Bahkan kelompok perikanan Mina Rukun di desa Gelaran II, Bejiharjo Kecamatan Karangmojo Senin (8/4) terpilih sebagai wakil Gunungkidul dalam penilaian perikanan tingkat provinsi.
Ketua Kelompok Mina Rukun, Aminto mengatakan, mereka tidak menggunakan bahan kimia apapun untuk budidaya ikan lele dan budidaya ikan nila di Gelaran II.

Aminto menjelaskan, di Gelaran II warga tidak hanya melakukan usaha perikanan. Mereka juga sekaligus melakukan upaya pelestarian lingkungan. Beberapa ikan yang mereka hasilkan tidak semuanya dipanen, beberapa dikembalikan ke habitatnya di sungai yang membelah dusun itu.

Kesadaran warga terhadap lingkungan itu diakui Aminto merupakan hasil dari pelajaran yang dipetik pada masa lalu. Dulu, menurut Aminto, warga pernah mencari ikan di sungai dengan menggunakan racun. Akibatnya sungai Gelaran sempat tercemar dan merusak habitat ikan.

Berkaca dari peristiwa itu, warga kemudian bersama-sama melakukan rehabilitasi lingkungan dengan menerapkan konsep perikanan berbasis alam. Seluruh proses dalam pembiakan ikan dilakukan secara alami, mulai dari pakan hingga suplemen tambahan untuk menghindarkan ikan dari penyakit.

Imbas dari upaya itu, kini sumber air di Gelaran juga dimanfaatkan sebagai sumber air bersih oleh warga setempat.
Ketua tim penilai, Aning Indrawati mengatakan, konsep yang diusung masyarakat Gelaran memang tergolong unik. Mereka enggan menggunakan pakan dan suplemen kimiawi.

Sebagai gantinya, warga menggunakan bahan yang ada di sekitar mereka, seperti bekicot dan tiwul.
Dengan cara itu, mereka mampu menghemat biaya penyediaan pakan karena tinggal mengambil dari bahan yang ada di sekitar mereka.

Selain itu, konsep kelestarian yang diusung warga juga dinilai positif karena mampu melestarikan kondisi alam di desa itu.
“Bahkan untuk mengobati penyakit jamur pada ikanpun mereka pakai bahan alam seperti pace,” tambah Aning. (Sumber : Harian Jogja)

budidaya lele organik siasati mahalnya pelet

 Pemasaran Ikan Lele
Harga pelet ikan terus melambung. Pembudi daya lele di Tasikmalaya menjerit. Kondisi ini tentu tidaklah ideal untuk meningkatkan kesejahteraan para pembudi daya.
Kini, sekitar 70% biaya budi daya lele tergerus harga pakan, padahal masih ada sejumlah biaya operasional lainnya yang dibutuhkan pembudi daya agar bisnisnya bertahan.

Menurut pembudi daya lele asal Desa Sukaratu Kecamatan Sukaresik Kabupaten Tasikmalaya, Syaiful Manan (40), mengaku terus kebobolan biaya pakan karena harga pelet mahal. Sementara itu, harga jual lele tidak sebanding dengan biaya operasional yang habis untuk membeli pelet.

“Ah susah mengandalkan pakan yang mahal mah. Jika saya kalkulasi keuntungan, dengan mengandalkan pakan saat ini, dari benih seribu ekor lele, maka saat panen hanya mendapatkan Rp100 ribu. Itu kalau mulus, kalau lele mati sepuluh persen, berarti sudah rugi,” keluhnya kepada INILAH, Minggu (7/4/2013).
Petani lainnya, Imat Ruhimat (32), menuturkan hal yang sama. Dia mengatakan pakan lele jenis pelet yang paling murah saja, satu bal (sekitar 30 kg) harganya lebih dari Rp100 ribu, sementara pertumbuhan lele bergantung pada makanannya.

“Serba salah, kalau mengandalkan pakan maka akan bobol di modal, sementara tidak cukup asupan makanannya lele, akan kanibal,” terangnya.
“Pemberian pakan yang tidak teratur juga berakibat fatal bagi lele,” tambahnya.
Dia berharap, ada solusi dari pemerintah agar harga pakan dapat terjangkau oleh petani. “Juga pemasaran harga lele harus memihak, petani bisa mendapatkan laba, tidak habis untuk pakan saja,” ujarnya.
Sementara itu, salah satu pemerhati pertanian lele, Bari Purnomo (45) mengatakan para petani lele saat ini perlu teknik baru yang tidak mengandalkan pakan dari pelet.

“Saat ini, petani lele jangan mengandalkan pelet, susah untungnya kalau hanya mengandalkan pelet atau membeli tambahan pakan lain dari toko,” kata penyuluh Komunitas Petani Cahaya Muda Tasikmalaya ini.
Menurut Bari, sebenarnya banyak potensi alam di sekitar yang bisa dimanfaatkan untuk pakan lele. Budidaya lele organik istilahnya.
“Jika mau ngulik dan mencari inovasi, insya Allah banyak cara untuk budi daya lele tanpa harus membeli pakan. Kita sedang mencoba budi daya ikan lele hanya dengan mengandalkan pakan dari kompos, limbah kandang dan sejumlah limbah organik lainnya. Tapi memang, untuk mencoba budi daya organik, petani perlu sedikit rajin dan mau belajar lagi,” jelasnya. (Sumber : Inilah)

budidaya patin kian menggiurkan

 Biskuit Ikan Patin
Budidaya Ikan Patin menjadi satu komoditas andalan untuk menggenjot perekonomian dari perikanan budidaya. Pembudidayaan ikan patin ini cukup mudah, karena lahan yang tersedia banyak dan pasar yang siap menampung produk patin dan olahannya juga ada.

Satu-satunya yang menjadi kendala budidaya ikan patin yakni pakan. Pakan mengambil 80% dari seluruh biaya produksi atau budidaya ikan patin.

“Pasar patin luar biasa. Ini menjadi komoditas yang akan kita genjot untuk memenuhi bahan baku. Kendalanya, khususnya adalah masih kepada pakan, 80% biaya produksi itu pakan. Pelan-pelan akan kita atasi, bekerjasama dengan BUMD,” ungkap Direktur Jenderal Perikanan Budidaya, Kementerian Kelautan dan Perikanan, Slamet Soebjakto, di Bandung, Senin (3/6/2013) malam.

Kebutuhan dalam negeri mendominasi serapan patin dan olahannya. Pada 2013 produksi patin mencapai 300.300 ton (angka sementara), 95% diantaranya diserap pasar domestik.

Menurut Slamet, jenis daging patin Indonesia tidak ada masalah dan menunjukkan performance yang bagus. “Ini yang saya kira menjadi kesempatan ke depan untuk diekspor. Kabar baiknya Amerika Serikat saat ini menerima daging putih, dengan distopnya impor Vietnam,” lanjut dia.

Namun, meski ditargetkan untuk bisa diekspor, nyatanya kebutuhan pasar dalam negeri masih mendominasi. Slamet mengakui, seiring dengan ditutupnya keran impor dari Vietnam, konsumsi dalam negeri meningkat, meski tipis. Pada 2011 serapan produksi patin mencapai 299 ribu ton.

“Dari Vietnam ternyata bisa digantikan dari produksi dalam negeri untuk kebutuhan horeka (hotel, restoran dan kafe). Ini peluang besar,” imbuhnya.
Sementara itu, terkait dengan masih rendahnya serapan pasar dunia akan patin dan produk olahan Indonesia, ia mengakui masih kurang ada industrialisasi atau hilirisasi patin.

Produksi patin tahun-tahun lalu masih menemui kendala pegolahan dan pemasaran. Kurang bervariasinya produk olahan patin inilah yang menyebabkan serapan luar negeri lesu. Sementara banyak komoditas unggulan lain yang lebih cocok dengan selera pasar.

“Budidaya produksi bahan tidak diimbangi dengan penyerapan pasar,” kata dia.
Untuk menggenjot produktivitas patin, pemerintah akan membangun percontohan komoditas ini dalam konsep demonstration farming (demfarm) sama seperti udang. Selain patin, komoditas lain juga kan mencontoh model budidaya udang dengan kluster dan kemitraan.

“(Demfarm udang) ini akan kita jadikan model untuk ke depannya patin, lele, bandeng, karena keberhasilannya sangat tinggi,” pungkas dia. (Sumber : Liputan 6)

Balikpapan Produksi Benih Ikan Lele 1.7 Juta / Bulan

Balikpapan Produksi Benih Ikan Lele 1.7 Juta / Bulan Produksi bibit benih ikan lele di Balikpapan mencapai 1,7 juta setiap bulannya.

Cara Pembenihan Ikan Lele
perolehan ini menempatkan ikan lele sebagai baromoeter usaha budidaya. “Produksi bibit ikan lele Balikpapan sudah menjadi barometer di Kaltim bila disinambungkan dengan Rumah Pangan Lestari (RPL) sangat cocok karena telah didukung bibit ikan lele lokal,” ujar Ketua Asosiasi Pembudidayaan Lele Seluruh Indonesia Kota, Hermansyah dalam sebuah kesempatan Kamis (6/6).

Dia berharap, Pemkot juga berperan membentuk sistem pengolahan agar produksi bernilai ekonomis tinggi.
“Seperti pengolahan keripik lele dan lainnya,” kata, lanjutnya. Tak cuma itu, intervensi pemerintah juga diperlukan. Guna melindungi petani lele dan menahan harga yang lebih ekonomis dari segi pakan lele, edukasi proses pembudidayan serta pemasaran produksi benih ikan lele termasuk serapan di pasar.

Dijelaskan Hermansyah, ada 22 petani yang melakukan budidaya bibit ikan lele. Hebatnya lagi, jutaan benih tersebut sudah menjangkau berbagai wilayah di Kaltim. Antara lain Kota Bontang hingga Kabupaten Paser. Penetrasi yang cukup luas, sambungnya lantaran harga yang dibandrol petani, cukup terjangkau. Belum lagi kualitas benih lele para petani yang menurut dia, terbukti lebih baik.

“Tingkat mortalitasnya lebih baik ketimbang didatangkan dari pulau Jawa, karena memang sudah sesuai dengan kondisi di sini,” urainya meyakinkan. Soal harga, berkisar Rp200 per benih. “Harga ikan lele masih fluktuatif, akan lebih baik kalau memang bisa bersaing untuk menarik minat warga mengkonsumsi ikan lele,” tutupnya.

Sebelumnya, Kepala Perwakilan Kantor Bank Indonesia (KPw-BI), Tutuk SH Cahyono yang tergabung dalam Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) menegaskan, ikan lele masuk dalam daftar komoditas yang akan dikembangan melakui program RPL.

“Karena ikan lele pengelolaannya relatif mudah. Sementara komoditas lainnya, diakuinya perlu persiapan,” ucapnya belum lama ini.
RPL merupakan program gabungan yang dibidani Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) untuk menumbuhkan budaya produktif di masyarakat dengan memanfaatkan lahan di sekitar pekarangan yang bisa dipergunakan untuk kegiatan produktif. Komoditas seperti cabai, sayuran dan ikan akan menjadi prioritas RPL.

Program ini diyakini mampu meredam inflasi apalagi budaya produktif yang tercipta dari gerakan tersebut digadang-gadang mampu menurunkan tingkat kemiskinan, meningkatkan daya beli dan menjaga kestabilan harga pangan lantaran bisa memenuhi kebutuhan rumah tangga, memperoleh pendapatan tambahan dari hasil rumah pangan lestari yang berujung pada peningkatkan ekonomi.

Syaratnya, program ini berjalan berkesinambungan agar dampaknya bisa dirasakan secara berkelanjutan. RPL lahir setelah gerakan penanaman cabe secara massal ditingkat masyarakat berbagai lapisan dianggap sukses. (Sumber : Balikpapan Pos)